EcoBALL - Nyuci Pake Bola Ajaib, Ga Pake Detergen, Lho . . .

Eco BALL

Kamis, 30 Oktober 2008

Chapter One: Who’s That Boy??



Aku ingat hari pertama ketika bertemu dengannya. Waktu itu aku memakai jeans belel yang aku beli di toko murahan dekat kota. Karena harganya yang murah, kancingnya selalu terlepas dan terhempas ke lantai kamar mandi saat aku mencoba mengaitkannya ke lubang kancing sehabis buang air kecil. Aku hati-hati saat mengancingkannya supaya tidak terjebak dalam masalah pasang memasang kancing sampai menimbulkan titik-titik kecil keringat di atas bibirku. Masalah tetek bengek ini kadang muncul di saat yang tidak tepat, seperti pada hari itu, ketika aku bertemu pria tampan bermata coklat muda yang sangat mempesona. Kami bertemu di depan pintu kamar kecil tempat kerjaku, tepat saat kancing sialan ini ngadat dan tidak mau berkompromi! Aku kaget saat kami berpapasan dan bertabrakan, kami saling memandang sejenak, aku terdiam, seakan tersihir kala memandang wajahnya, saat aku sudah memasang wajah marah karena kupikir yang menabrakku adalah Lola, wanita judes penjaga kantin, tapi ternyata aku ditabrak lelaki tampan, tinggi dan atletis.
“Ohh....Maaf, aku tidak melihatmu.” Kata-kata dari bibir tipis yang disambut anggukanku, wajahku segera berubah total menjadi gadis baik hati yang tidak keberatan jika terus-terusan ditabrak sampai babak belur oleh lelaki setampan dia. Aku langsung salah tingkah sambil memikirkan How Do I Look? (pikiran wajib saat bertemu lelaki-lelaki potensial). Keringat yang membasahi dahiku karena kancing brengsek ini membuat aku langsung melewatinya karena malu dan hanya sempat berkata, ”Okay, trims.” Lalu dengan secepat kilat menghilang dari hadapannya. Aku bersumpah akan membuang jeans ini ke tempat sampah begitu pulang nanti. Menyesal karena tidak lebih lama berada di sekitar sana untuk memperhatikannya lebih lama, aku bertanya-tanya sepanjang perjalanan dari kamar kecil ke meja kerjaku, siapa dia? Mengapa dia di sini dan memakai kamar kecil bertuliskan KHUSUS STAFF? Apa lelaki itu bekerja di sini? Sejak kapan lelaki tampan itu ada di tempat kerjaku? Selama tiga tahun terperangkap dalam neraka ini, tidak pernah ada makhluk seindah dirinya. Coba kalau kancing ini bisa diajak bekerja sama, aku akan pura-pura membuat kopi di dapur dekat kamar kecil. Dan kalau Si Tampan keluar kamar kecil aku mungkin bisa mencuri perhatiannya atau menyapanya atau mungkin bertanya-tanya sedikit padanya.................

Helloo....


Thankx to God, akhirnya, setelah sekian lama gua punya juga blog sendiri hehehe selama ini banyak banget orang nanya apakah gua punya blog atau gak, dan akhirnya sekarang gua bisa bilang “yes, I have it” ;p
Dan dengan sangat bangga, evafransisca.blogspot.com ini lahir tepat di Hari Blog Nasional. Yup, 27 Oktober adalah hari buat para blogger se-Indonesia (exactly, gua juga baru tau today, kebetulan tadi pagi berita di teve lagi ngomongin soal hari peringatan buat para penulis di dunia maya ini, hmm….where am I? hehehe)
Anyway, thankx to Ovit, si centil ceriwis di kantor gua “tercinta” yang udah ngasi tau gimana caranya jadi blogger hihihi and to all my friends, yuks menulis…it’s easy and fun, lho…..

Rabu, 29 Oktober 2008

Urso dan Gonzalo


Di suatu hari yang indah . . .
Urso, si Beruang Coklat, bangun tidur pagi-pagi sekali.
Sebelum mandi, Urso membereskan tempat tidurnya.
Urso mandi lalu sarapan sampai perutnya kenyang.

Hari yang indah membuat Urso ingin berjalan-jalan keluar rumah.
Karena ini Hari Minggu, maka Urso pergi ke taman bermain di kota.

Di tengah perjalanan, Urso bertemu dengan Gonzalo, si Serigala Putih.
Akhirnya Urso mengajak Gonzalo pergi ke taman untuk bermain bersama.

Sesampainya di taman, Urso dan Gonzalo sangat kaget karena semua mainan rusak.
Mereka sangat sedih sekali karena tidak dapat bermain.

Tak lama, mereka mendengar suara tangisan.
Ternyata itu suara tangisan Jungkat Jungkit.
Urso dan Gonzalo mendekatinya lalu bertanya, mengapa Jungkat Jungkit menangis?

Akhirnya Urso dan Gonzalo tahu, siapa yang membuat semua mainan di taman rusak.
Ini semua karena Irma, si Angin Ribut!
Lihat! Irma sedang merusak Bunga Mawar di taman kota!
Wah, kasihan sekali Bunga Mawar, mereka menangis karena pusing diganggu oleh Irma.

Tiba – tiba datanglah Pak Herdo, si Petir…Pak Herdo adalah guru di sekolah kami.
Pak Herdo memarahi Irma karena Irma telah membuat mainan dan Bunga Mawar menjadi rusak.
Akhirnya, Irma menangis dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatanya lagi.
Irma meminta maaf pada semua mainan dan Bunga Mawar.

Urso dan Gonzalo, Irma serta Pak Herdo, bekerja sama membereskan mainan di taman.
Bunga Mawar pun menjadi senang dan berseri kembali.
Mainan di taman pun kembali senang dan semuanya bisa bermain kembali.

Urso dan Gonzalo berpesan pada Irma, si Angin Ribut agar tidak merusak mainan
dan tidak boleh menggangu teman lagi.
Karena mainan dan teman harus dirawat dan disayang.

Senin, 27 Oktober 2008

Begin With . . .

Saat Life dilahirkan, hari begitu dingin, suram dan mendung. Cuaca mendung pertanda hujan, begitu pula suasana hati yang mendung pertanda sedih yang sulit diungkapkan. Saat Life menginjak usia yang cukup untuk belajar satu ditambah satu sama dengan dua, hatinya masih sama seperti waktu itu. Life mencoba bertanya pada sebatang pohon tempat dia selalu bermain ayunan dari ban bekas, tapi kerutan-kerutan tidak juga bergerak berubah menjadi wajah seorang nenek bijaksana seperti di dalam film kartun Pocahontas, yang sering ia tonton kala robotnya telah terbagi menjadi tiga bagian. And, life goes on, on and on . . . Kehidupan adalah kekecewaan, putus asa dan sakit hati.

Love dikelilingi banyak kebahagiaan, kasih dan sayang. Harinya tidak pernah lewat tanpa senyuman dan tawa riang. Love bagaikan sebuah janji surga, membuat semua terlena dengan tingkah dan alunan kata yang menembus hati bagai panah. Busurnya adalah bibir, panahnya adalah kata manis, sakitnya adalah rasa cinta berlebih yang membara. Love, I will never let you go . . . Cinta bukanlah barang baru yang langka, cinta bukan limited edition layaknya brand baju terkenal. Cinta adalah harapan, sayang dan menerima apa pun.

Ketika Life bersatu dengan Love, ketika kekecewaan bertemu dengan harapan, ketika keputusasaan berjumpa dengan sayang, ketika sakit hati bersatu dengan menerima apa pun . . .

Kehidupan tanpa cinta tidaklah indah. Cinta tanpa kehidupan tidaklah indah. Menemukan cinta yang indah dalam hidup sangatlah sulit. Life dan Love, kapankah bertemu? Menjalin sebongkah rasa yang tak akan hilang dimakan apa pun. When Life Meet Love . . . happy ever after.

My Blind Date

Ada kartunya, honey. Cepat buka, aku penasaran.” Jawab Nina sambil terkikik jahil. Tangan kirinya menyodorkan sebuah amplop kecil berwarna merah jambu. Aku cepat-cepat membuka amplop, mengambil kartu bergambar hati yang dipanah panda bersayap malaikat, di atas hati itu ada tulisan I LOVE YOU, norak, pikirku segera. Aku membuka kartu itu dan melihat tulisan tebal yang ditulis memakai spidol hitam, I’M SORRY, LOVE: JOJO. Seminggu sejak tragedi kencan buta yang gagal, aku menghabiskan liburan di apartemen bersama Nina dan Justin, sekarang saat aku mulai ingin melupakan Jojo sialan, dia datang lagi bersama dengan bunga mawarnya yang cantik beserta kartu anak SMA-nya.

Aku kesal tapi juga senang. Curiga sekaligus berharap bahwa sosok Jojo memang ada. Rasa penasaran menghantuiku belakangan ini, hampir tiap malam aku tertidur setelah menghitung beratus-ratus domba dengan jarum jam yang hampir menunjuk pukul 2 subuh. Belum lagi Justin yang selama seminggu ini terus mencekokiku dengan berbagai analisisnya yang mengerikan, menurutnya Jojo sebenarnya adalah pribadi yang sengaja diciptakan oleh wanita psikopat yang lesbian. Atau Jojo sebenarnya adalah rekayasa teman kantorku yang bernama Kuna, lelaki keturunan Arab yang aneh, yang sudah lama naksir padaku. Aku langsung bergidik dan ingin membenamkan wajah Justin ke liang kloset. Aku putus asa, merasa dipermainkan, marah dan kecewa. Tapi aku terlanjur jatuh cinta pada Jojo, bodoh memang! Tapi aku merasa Jojo adalah pria yang nyata, jauh ada di sana, menungguku untuk datang, aku bahkan sempat membayangkan kami berdua bisa menjalin hubungan cinta yang romantis dan penuh gairah. Tapi semuanya hilang saat dia tidak muncul di hari pertemuan yang telah direncanakan. Pasti ada sesuatu! Aku yakin Jojo datang malam itu, karena dia bisa mengirimkan bunga mawar cantik ke apartemenku tapi mungkin Tuhan memang belum mengizinkan kami bertemu, mungkin belum saatnya kami bertemu…………..