
Aku ingat hari pertama ketika bertemu dengannya. Waktu itu aku memakai jeans belel yang aku beli di toko murahan dekat kota. Karena harganya yang murah, kancingnya selalu terlepas dan terhempas ke lantai kamar mandi saat aku mencoba mengaitkannya ke lubang kancing sehabis buang air kecil. Aku hati-hati saat mengancingkannya supaya tidak terjebak dalam masalah pasang memasang kancing sampai menimbulkan titik-titik kecil keringat di atas bibirku. Masalah tetek bengek ini kadang muncul di saat yang tidak tepat, seperti pada hari itu, ketika aku bertemu pria tampan bermata coklat muda yang sangat mempesona. Kami bertemu di depan pintu kamar kecil tempat kerjaku, tepat saat kancing sialan ini ngadat dan tidak mau berkompromi! Aku kaget saat kami berpapasan dan bertabrakan, kami saling memandang sejenak, aku terdiam, seakan tersihir kala memandang wajahnya, saat aku sudah memasang wajah marah karena kupikir yang menabrakku adalah Lola, wanita judes penjaga kantin, tapi ternyata aku ditabrak lelaki tampan, tinggi dan atletis.
“Ohh....Maaf, aku tidak melihatmu.” Kata-kata dari bibir tipis yang disambut anggukanku, wajahku segera berubah total menjadi gadis baik hati yang tidak keberatan jika terus-terusan ditabrak sampai babak belur oleh lelaki setampan dia. Aku langsung salah tingkah sambil memikirkan How Do I Look? (pikiran wajib saat bertemu lelaki-lelaki potensial). Keringat yang membasahi dahiku karena kancing brengsek ini membuat aku langsung melewatinya karena malu dan hanya sempat berkata, ”Okay, trims.” Lalu dengan secepat kilat menghilang dari hadapannya. Aku bersumpah akan membuang jeans ini ke tempat sampah begitu pulang nanti. Menyesal karena tidak lebih lama berada di sekitar sana untuk memperhatikannya lebih lama, aku bertanya-tanya sepanjang perjalanan dari kamar kecil ke meja kerjaku, siapa dia? Mengapa dia di sini dan memakai kamar kecil bertuliskan KHUSUS STAFF? Apa lelaki itu bekerja di sini? Sejak kapan lelaki tampan itu ada di tempat kerjaku? Selama tiga tahun terperangkap dalam neraka ini, tidak pernah ada makhluk seindah dirinya. Coba kalau kancing ini bisa diajak bekerja sama, aku akan pura-pura membuat kopi di dapur dekat kamar kecil. Dan kalau Si Tampan keluar kamar kecil aku mungkin bisa mencuri perhatiannya atau menyapanya atau mungkin bertanya-tanya sedikit padanya.................